Malaikat
Wanita di Gubug Kecilku
Malaikat
merupakan makhluk ghoib yang tercipta dari cahaya dan sebagai pesuruh Tuhan
yang mempunyai tugas khusus. Dia makhluk yang paling setia, tidak pernah
membangkang sedikitpun apabila diberikan mandat. Kesabaran juga karakter yang
dimilikinya, tidak pernah menyalahkan, menghardik, iri atau protes sedikitpun
terhadap tugas-tugasnya. Semua perintah-perintahNya dia kerjakan dengan tanpa
mengharap imbalan. Semua malaikat ciptaan Tuhan tidak bisa dilihat dengan kasat
mata namun ada satu sosok yang menyerupai malaikat yang dapat kita ketahui
wujud aslinya yakni Ibu
. Bukan jiwa atau raganya yang menjadikan pribadinya mirip malaikat namun karakter yang dimilikinya membuat sosok Ibu seolah-olah seperti jelmaan malaikat yang hidup di bumi.
. Bukan jiwa atau raganya yang menjadikan pribadinya mirip malaikat namun karakter yang dimilikinya membuat sosok Ibu seolah-olah seperti jelmaan malaikat yang hidup di bumi.
Ibu
merupakan tokoh fenomenal yang tidak bisa digantikan oleh siapapun sehingga
sosoknya patut dijuluki dengan malaikat wanita. Peran Ibu bagaikan pelita dalam
kegelapan dan sang surya yang menyinari bumi. Dia tidak pernah pamrih dari
semua kasih sayang dan pengorbanan yang telah diberikan. Berbulan-bulan lamanya
Ibu dengan ikhlas merawat diriku dalam kandungannya. Asupan gizi untuk
kesehatan tubuhnya dengan suka rela membagi bersama dengan tubuhku yang mungil.
Saat tubuhnya terasa sedikit kurang baik bukan kesehatan tubuhnya yang
dipertanyakan namun nasib diriku yang masih berlindung dalam dirinya.
Ibu
berani merelakan nyawanya menjadi taruhan demi melihat seorang anaknya
tersenyum bahagia didalam pelukannya. Setelah kurang lebih sembilan bulan
lamanya aku sudah tidak sabar lagi untuk melihat indahnya malaikat wanita yang
selama ini telah menjagaku dalam kandungannya. Aku memberikan tanda-tanda agar aku
segera dipindahkan ke tempat bermain yang lebih luas. Saat itulah pengorbanan
dengan taruhan nyawa harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya agar bayinya
terlahir dengan selamat. Dia tidak peduli berapa banyak keringat yang telah bercucuran
dan banyaknya darah yang terus mengalir, yang terpenting dia dapat melihat kado
terindah di dunia yaitu kedatangan bayinya yang sehat.
Ibu
bukan orang yang glamor atau berkehidupan dengan bergelimangan harta, dia hanyalah malaikat wanita yang singgah di gubuk
kecil yang dibangun bapakku sekitar 35 tahun yang lalu. Kesabaran dan jiwa yang
tegar terus diuji dalam merawat diriku. Dia harus merelakan kehilangan waktu
tidurnya untuk menemaniku bermain. Saat kondisi tubuhnya menurun, dia mencoba
untuk tampil ceria agar aku tidak ikut merasakan sakit yang dia rasakan. Aku
hidup dengan Bapak, Ibu, dan dua saudaraku. Bapakku hanya seorang petani dan
pekerja serabutan sehingga disela kesibukan Ibu merawat diriku, dia harus
membantu meringankan beban Bapakku mencari nafkah.
Bumi
akan terus berputar mengelilingi matahari dan akan terus berputar sampai
terompet sangkakala mengkentikan putarannya, sama halnya dengan perjuangan
seorang Ibu. Perjuangannya tidak akan cukup hanya sampai bayinya terlahir
dengan selamat. Setelah kelahiran inilah yang menjadi perjuangan besar seorang
Ibu. Air ASI merupakan salah satu donasi kesetiaannya kepadaku.. Dia percaya
bahwa ASI merupakan minuman yang terbaik dan sebuah sarana mendekatkan pada
anaknya. Namun bukan hanya air ASI yang dia cukupkan untuk diriku, pendidikan
merupakan hal pertama dan paling utama yang dia sampaikan. Salah satu
pendidikan yang dia terapkan adalah bersyukur dan disiplin khususnya disiplin
terhadap waktu sholat. Dia berharap agar kelak aku dapat tumbuh besar dengan
mempunyai kepribadian yang baik dan mempunyai pengetahuan yang luas.
Ibuku
mempunyai karakter yang tegas, tidak pernah memanjakan anak-anaknya. Saat diriku melakukan
kesalahan, dia tidak segan-segan mencubit bahkan memukul ringan untuk
memberikan pelajaran atas kesalahanku. Dulu sewaktu aku masih anak-anak, aku
mengatakan Ibuku orang yang sangat kejam karena tega melakukan hal yang kasar
kepada anaknya. Namun seiring bertambahnya usiaku aku sangat menyadari dan
menyesalkan atas perkataanku yang dulu. Aku yakin walaupun Ibu sering
memarahiku bukan berarti Ibu tidak suka atau benci terhadapku melainkan wujud
rasa kasih sayang Ibu terhadap diriku yang amat besar. Sekarang aku mearasakan
begitu besarnya efek dari pelajaran yang Ibu terapkan waktu aku masih
kekanak-kanakan dulu. Tidak ada pelajaran yang tidak bermanfaat dari semua yang
pernah Ibu berikan padaku.
Rambut
yang semakin memutih, punggung tak lagi tegap, penglihatan semakin suram, dan
berjalan sempoyongan tidak membuatnya lemah dalam bekerja. Sengatan matahari
sudah menjadi kerudung kepalanya. Hujan, guntur, dan halilintar telah menjadi
teman kerjanya. Dia tidak ragu menjalankan pekerjaan kasar yang dilakukan oleh
kaum Bapak-bapak. Dia rela bekerja dengan kasar bahkan menantang maut yang
penting anak-anaknya bisa makan dan kebutuhannya tercukupi dari rezeki yang
halal. Ibu berusaha semaksimal mungkin untuk membahagiakan buah hatinya agar
kelak akan menjadi orang yang sukses.
Seorang
Ibu tidak pernah mengharapkan balasan atas pengorbanannya, seandainya meminta
imbalan tidak ada seorangpun yang sanggup membayar atas jasa-jasa yang dia
berikan. Aku teringat saat kakakku sakit, Ibu sangat gelisah dan hampir
semalaman tidak bisa tidur. Dia terus mondar mandir mencari obat yang paling
mujarab agar penyakit kakakku lekas sembuh. Namun ketika Ibu sakit, dia tidak
pernah mengeluh kepada kami. Dia mengatakan bahwa kondisinya masih sehat-sehat
saja dan masih kuat. Demi kasih sayangnya kepada anak-anaknya kadang Ibu pernah
berbohong. Saat makan siang, nasinya hanya cukup untuk satu orang. Pada waktu
itu Ibu datang dari sawah, aku yakin dia sudah kelaparan namun melihat diriku
yang baru pulang dari sekolah dia menyuruhku makan duluan dengan alasan dia
belum lapar.
Luasnya
samudra dan tingginya gunung tidak mampu menggambarkan kebesaran atas kebaikan
yang Ibu telah berikan. Imbal balik perbuatanku kepadamu masih jauh dari kata
cukup. Aku sering berkata kasar karena ketidak puasanku terhadap layanan Ibu.
Aku sering meminta dengan paksa sesuatu yang aku inginkan tanpa memahami
keadaan Ibu. Bahkan aku pernah membuatmu menangis karena tingkah lakuku yang
tidak sesuai dengan harapan Ibu. Aku teringat waktu aku menduduki bangku
sekolah menengah, saat itu Ibu meminta tolong kepadaku, namun bukan keikhlasan
yang aku berikan melainkan perkataan “ada imbalan bantuan datang”. Aku sangat
menyadari kata-kata itu membuat kecewa dan menangis dalam hatimu. Kini aku
menyadari akan arti dari pengorbananmu. Engkau telah mengandung, melahirkan,
merawat, dan membesarkan diriku dengan suka rela.
Ibu,
maafkan kekhilafanku baik yang disengaja maupun tidak disengaja yang sering
membuatmu jengkel. Aku sangat mencintai engkau malaikat wanitaku. Aku akan
berusaha menjadi tongkat atau sandaranmu saat tubuhmu mulai melemah. Aku akan
berada disampingmu saat engkau meminta makan, minum atau pertolongan. Aku akan
bekerja keras menggantikan pribadimu untuk mencukupi keluarga. Kekuatanku akan
aku berikan sepenuhnya untuk merawatmu. Aku sangat bangga akan kehadiranmu yang
penuh dengan keceriaan dan kasih sayang yang tidak terhingga. Perjalananku
tidak akan bermanfaat dan berbarokah apabila engkau tidak memberikan ijabah.
Kesuksesanku akan sulit tercapai jika engkau tidak berada dalam barisanku. Aku
selalu menunggu nasihatmu yang bijak dan doamu yang mustajabah.
Sungguh
besar pengorbananmu Ibu, aku tidak sanggup mencari kata-kata terindah untuk menggambarkan kepribadianmu. Engkau adalah
mahakarya terbesar yang ada di seluruh jagat raya ini. Sebagai bukti dari
kebesaranmu, namamu disebut tiga kali dalam Al Quran dan sebagai pembuka dari kitab
suci ini. Nama panggilan Ibu juga disematkan dalam bumi Indonesa ini seperti
kota tempat kedudukan pemerintahan suatu negara yaitu ibu kota dan nama
lain dari tanah air disebut ibu pertiwi. Tidak ada kehidupan bagi
manusia apabila tidak ada kehadiranmu. Engkau tidak membutuhkan cindera mata
atau penghargaan atas keberhasilan membesarkanku. Aku tidak mampu membalas
jasamu yang setimpal. Aku hanya bisa melafalkan doa “semoga engkau diberikan
umur panjang, kesehatan, dan rezeki yang lancar” di setiap lima waktu yang
telah menjadi kewajibanku dan berusaha keras menelurkan harapan Ibu yang telah
engkau wariskan sejak aku kecil.
0 komentar:
Posting Komentar
kreatifitas anda saya tunggu. silahkan berkomentar apabila ada setuju atau tidaknya postingan yang saya suguhkan. tolong jaga nilai kesopanan. terimakasih.