Sabtu, 20 Februari 2016

Malaikat Wanita di Gubug Kecilku

Malaikat Wanita di Gubug Kecilku
Malaikat merupakan makhluk ghoib yang tercipta dari cahaya dan sebagai pesuruh Tuhan yang mempunyai tugas khusus. Dia makhluk yang paling setia, tidak pernah membangkang sedikitpun apabila diberikan mandat. Kesabaran juga karakter yang dimilikinya, tidak pernah menyalahkan, menghardik, iri atau protes sedikitpun terhadap tugas-tugasnya. Semua perintah-perintahNya dia kerjakan dengan tanpa mengharap imbalan. Semua malaikat ciptaan Tuhan tidak bisa dilihat dengan kasat mata namun ada satu sosok yang menyerupai malaikat yang dapat kita ketahui wujud aslinya yakni Ibu
. Bukan jiwa atau raganya yang menjadikan pribadinya mirip malaikat namun karakter yang dimilikinya membuat sosok Ibu seolah-olah seperti jelmaan malaikat yang hidup di bumi.
Ibu merupakan tokoh fenomenal yang tidak bisa digantikan oleh siapapun sehingga sosoknya patut dijuluki dengan malaikat wanita. Peran Ibu bagaikan pelita dalam kegelapan dan sang surya yang menyinari bumi. Dia tidak pernah pamrih dari semua kasih sayang dan pengorbanan yang telah diberikan. Berbulan-bulan lamanya Ibu dengan ikhlas merawat diriku dalam kandungannya. Asupan gizi untuk kesehatan tubuhnya dengan suka rela membagi bersama dengan tubuhku yang mungil. Saat tubuhnya terasa sedikit kurang baik bukan kesehatan tubuhnya yang dipertanyakan namun nasib diriku yang masih berlindung dalam dirinya.
Ibu berani merelakan nyawanya menjadi taruhan demi melihat seorang anaknya tersenyum bahagia didalam pelukannya. Setelah kurang lebih sembilan bulan lamanya aku sudah tidak sabar lagi untuk melihat indahnya malaikat wanita yang selama ini telah menjagaku dalam kandungannya. Aku memberikan tanda-tanda agar aku segera dipindahkan ke tempat bermain yang lebih luas. Saat itulah pengorbanan dengan taruhan nyawa harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya agar bayinya terlahir dengan selamat. Dia tidak peduli berapa banyak keringat yang telah bercucuran dan banyaknya darah yang terus mengalir, yang terpenting dia dapat melihat kado terindah di dunia yaitu kedatangan bayinya yang sehat.
Ibu bukan orang yang glamor atau berkehidupan dengan bergelimangan harta, dia hanyalah malaikat wanita yang singgah di gubuk kecil yang dibangun bapakku sekitar 35 tahun yang lalu. Kesabaran dan jiwa yang tegar terus diuji dalam merawat diriku. Dia harus merelakan kehilangan waktu tidurnya untuk menemaniku bermain. Saat kondisi tubuhnya menurun, dia mencoba untuk tampil ceria agar aku tidak ikut merasakan sakit yang dia rasakan. Aku hidup dengan Bapak, Ibu, dan dua saudaraku. Bapakku hanya seorang petani dan pekerja serabutan sehingga disela kesibukan Ibu merawat diriku, dia harus membantu meringankan beban Bapakku mencari nafkah.
Bumi akan terus berputar mengelilingi matahari dan akan terus berputar sampai terompet sangkakala mengkentikan putarannya, sama halnya dengan perjuangan seorang Ibu. Perjuangannya tidak akan cukup hanya sampai bayinya terlahir dengan selamat. Setelah kelahiran inilah yang menjadi perjuangan besar seorang Ibu. Air ASI merupakan salah satu donasi kesetiaannya kepadaku.. Dia percaya bahwa ASI merupakan minuman yang terbaik dan sebuah sarana mendekatkan pada anaknya. Namun bukan hanya air ASI yang dia cukupkan untuk diriku, pendidikan merupakan hal pertama dan paling utama yang dia sampaikan. Salah satu pendidikan yang dia terapkan adalah bersyukur dan disiplin khususnya disiplin terhadap waktu sholat. Dia berharap agar kelak aku dapat tumbuh besar dengan mempunyai kepribadian yang baik dan mempunyai pengetahuan yang luas.
Ibuku mempunyai karakter yang tegas, tidak pernah memanjakan  anak-anaknya. Saat diriku melakukan kesalahan, dia tidak segan-segan mencubit bahkan memukul ringan untuk memberikan pelajaran atas kesalahanku. Dulu sewaktu aku masih anak-anak, aku mengatakan Ibuku orang yang sangat kejam karena tega melakukan hal yang kasar kepada anaknya. Namun seiring bertambahnya usiaku aku sangat menyadari dan menyesalkan atas perkataanku yang dulu. Aku yakin walaupun Ibu sering memarahiku bukan berarti Ibu tidak suka atau benci terhadapku melainkan wujud rasa kasih sayang Ibu terhadap diriku yang amat besar. Sekarang aku mearasakan begitu besarnya efek dari pelajaran yang Ibu terapkan waktu aku masih kekanak-kanakan dulu. Tidak ada pelajaran yang tidak bermanfaat dari semua yang pernah Ibu berikan padaku.
Rambut yang semakin memutih, punggung tak lagi tegap, penglihatan semakin suram, dan berjalan sempoyongan tidak membuatnya lemah dalam bekerja. Sengatan matahari sudah menjadi kerudung kepalanya. Hujan, guntur, dan halilintar telah menjadi teman kerjanya. Dia tidak ragu menjalankan pekerjaan kasar yang dilakukan oleh kaum Bapak-bapak. Dia rela bekerja dengan kasar bahkan menantang maut yang penting anak-anaknya bisa makan dan kebutuhannya tercukupi dari rezeki yang halal. Ibu berusaha semaksimal mungkin untuk membahagiakan buah hatinya agar kelak akan menjadi orang yang sukses.
Seorang Ibu tidak pernah mengharapkan balasan atas pengorbanannya, seandainya meminta imbalan tidak ada seorangpun yang sanggup membayar atas jasa-jasa yang dia berikan. Aku teringat saat kakakku sakit, Ibu sangat gelisah dan hampir semalaman tidak bisa tidur. Dia terus mondar mandir mencari obat yang paling mujarab agar penyakit kakakku lekas sembuh. Namun ketika Ibu sakit, dia tidak pernah mengeluh kepada kami. Dia mengatakan bahwa kondisinya masih sehat-sehat saja dan masih kuat. Demi kasih sayangnya kepada anak-anaknya kadang Ibu pernah berbohong. Saat makan siang, nasinya hanya cukup untuk satu orang. Pada waktu itu Ibu datang dari sawah, aku yakin dia sudah kelaparan namun melihat diriku yang baru pulang dari sekolah dia menyuruhku makan duluan dengan alasan dia belum lapar.
Luasnya samudra dan tingginya gunung tidak mampu menggambarkan kebesaran atas kebaikan yang Ibu telah berikan. Imbal balik perbuatanku kepadamu masih jauh dari kata cukup. Aku sering berkata kasar karena ketidak puasanku terhadap layanan Ibu. Aku sering meminta dengan paksa sesuatu yang aku inginkan tanpa memahami keadaan Ibu. Bahkan aku pernah membuatmu menangis karena tingkah lakuku yang tidak sesuai dengan harapan Ibu. Aku teringat waktu aku menduduki bangku sekolah menengah, saat itu Ibu meminta tolong kepadaku, namun bukan keikhlasan yang aku berikan melainkan perkataan “ada imbalan bantuan datang”. Aku sangat menyadari kata-kata itu membuat kecewa dan menangis dalam hatimu. Kini aku menyadari akan arti dari pengorbananmu. Engkau telah mengandung, melahirkan, merawat, dan membesarkan diriku dengan suka rela.
Ibu, maafkan kekhilafanku baik yang disengaja maupun tidak disengaja yang sering membuatmu jengkel. Aku sangat mencintai engkau malaikat wanitaku. Aku akan berusaha menjadi tongkat atau sandaranmu saat tubuhmu mulai melemah. Aku akan berada disampingmu saat engkau meminta makan, minum atau pertolongan. Aku akan bekerja keras menggantikan pribadimu untuk mencukupi keluarga. Kekuatanku akan aku berikan sepenuhnya untuk merawatmu. Aku sangat bangga akan kehadiranmu yang penuh dengan keceriaan dan kasih sayang yang tidak terhingga. Perjalananku tidak akan bermanfaat dan berbarokah apabila engkau tidak memberikan ijabah. Kesuksesanku akan sulit tercapai jika engkau tidak berada dalam barisanku. Aku selalu menunggu nasihatmu yang bijak dan doamu yang mustajabah.

Sungguh besar pengorbananmu Ibu, aku tidak sanggup mencari kata-kata terindah untuk  menggambarkan kepribadianmu. Engkau adalah mahakarya terbesar yang ada di seluruh jagat raya ini. Sebagai bukti dari kebesaranmu, namamu disebut tiga kali dalam Al Quran dan sebagai pembuka dari kitab suci ini. Nama panggilan Ibu juga disematkan dalam bumi Indonesa ini seperti kota tempat kedudukan pemerintahan suatu negara yaitu ibu kota dan nama lain dari tanah air disebut ibu pertiwi. Tidak ada kehidupan bagi manusia apabila tidak ada kehadiranmu. Engkau tidak membutuhkan cindera mata atau penghargaan atas keberhasilan membesarkanku. Aku tidak mampu membalas jasamu yang setimpal. Aku hanya bisa melafalkan doa “semoga engkau diberikan umur panjang, kesehatan, dan rezeki yang lancar” di setiap lima waktu yang telah menjadi kewajibanku dan berusaha keras menelurkan harapan Ibu yang telah engkau wariskan sejak aku kecil. 

0 komentar:

Posting Komentar

kreatifitas anda saya tunggu. silahkan berkomentar apabila ada setuju atau tidaknya postingan yang saya suguhkan. tolong jaga nilai kesopanan. terimakasih.