Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya. Sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah Sejarah Peradaban Islam yang
berjudul “Perkembangan Awal Peradaban Islam Di Asia Tenggara” ini dengan tepat
waktu.
Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad
SAW. sebagai utusan dan manusia pilihan-Nya. Beliau manusia termulia yang patut
kita teladani di semua bidang dan satu-satunya manusia yang tidak pernah
melakukan kesalahan.
Makalah ini menjelaskan perkembangan awal peradaban Islam di Asia
Tenggara yang meliputi kerajaan-kerajaan Islam di Malaka dan Nusantara. Makalah
ini disusun dengan mengambil referensi dari internet dan berbagai buku sejarah
yang kami dapatkan.
Penulis menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dan juga sebagai
langkah awal untuk pengembangan diri kami selanjutnya. Mudah-mudahan makalah
ini menambahkan wawasan bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada yang
terhormat Ibu Lailatuzz Zuhriyah, S.Th.I., M.Fil.I yang telah membimbing dan
memberikan motivasi untuk menyelesaikan tugas ini dan semua pihak yang membantu
menyusun penulisan makalah ini sampai batas akhir.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para dosen
pembimbing, khususnya Ibu Lailatuzz Zuhriyah, S.Th.I., M.Fil.I dan para pembaca pada umumnya untuk kesempurnan makalah kami.
Wa’alaikumsalamWr.Wb.
Tulungagung, 09 September 2014
Tim Penyusun
Islam merupakan agama penyempurna yang dibawa
oleh nabi Muhammad SAW. yang mempunyai ciri khusus dalam pembalajaran,
pengajaraan dan penyebarannya. Jalan damai dan toleransi antar umat beragama
mengantarkan kepercayaan masyarakat untuk mengenal Islam. Metode dan strategi
yang diterapkan penyebaran agama Islam begitu menyentuh dari golongan atas
sampai golongan bawah. Sehingga keindahan Islam dapat dirasakan sampai di Asia
Tenggara.
Berkat perjuangan para syuhada’, Islam dapat
dikenal di wilayah Asia Tenggara. Bermacam-macam suku, ras dan golongan
sehingga proses masuknya Islam di Asia Tenggara memunculkan beberapa teori.
Teori itu mengatakan bahwa Islam datang dari Arab, India dan Benggali.
Sementara itu Islam disebarluaskan di Asia
Tenggara melalui beberapa sistem diantaranya sistem perdagangan, sistem
perkawinan, sistem tasawuf, sistem pendidikan, sistem kesenian, dan sistem
politik. Sebagian wilayah di Asia Tenggara Islam masuk dengan jalan damai dan
tanpa ada intimidasi sehingga Islam dengan mudah diterima oleh masyarakat.
Penyebaran agama Islam ditandai dengan
berdirinya kerajaan-kerajaan atau kesultanan-kesultanan Islam di Asia Tenggara.
Semakin bertambahnya waktu agama Islam mampu mengubah kerajaan yang semula non
Islam menjadi kerajaan Islam. Islam mengalami kejayaan pada masa
kerajaan-kerajaan tersebut, namun seiring dengan runtuhnya kerajaan-kerajaan
tersebut, agama Islam mulai merosot. Adapun penjelasan yang lebih rinci
mengenai awal masuknya peradaban Islam dan kerajaan-kerajaaan Islam di Asia
Tenggara, penulis akan membahas dibagian selanjutnya.
1. Bagaimana awal masuknya agama Islam di Asia Tenggara?
2. Bagaimana agama Islam menyebarluas di Asia Tenggara
khususnya di Indonesia?
3. Kerajaan-kerajaan Islam apa saja yang berdiri di Nusantara
dan Malaka?
1.
Untuk menjelaskan proses awal masuknya agama Islam di Asia Tenggara.
2.
Untuk mengaetahui cara penyebaran agama Islam di Asia Tenggara.
3.
Untuk mengetahui kerajaan-kerajaan Islam yang ada di di Nusantara dan
Malaka
Asia Tenggara atau Indo-Melayu merupakan tujuh dari wilayah kebudayaan atau
peradaban Islam yang tegasnya terdiri dari wilayah-wilayah kebudayaan Arab,
Islam Persia, Islam Turki, Islam Afrika (hitam), Islam Anak Benua India, Islam
Indo-Melayu, dan terkhir sekali wilayah peradaban Islam di Western Hemisphere.
Islam tidak serta-merta masuk ke Asia Tenggara. Ada beberapa proses yang
mengantarkannya. Ragam budaya yang becampuaran akan lebih rumit dalam
menganalisa yang lebih detail. Sehingga para pakar sejarah banyak yang
bertentangan dalam menjelaskannya.
Berikut ini teori-teori mengenai proses awal masuknya Islam di kawasan
Indo-Melayu atau Asia Tenggara:
Teori pertama mengatakan bahwa Islam masuk di Asia
Tenggara mulai abad pertama hijriah atau abad ketujuh masehi yang datang
langsung dari Arab atau tepatnya Hadramaut. Teori ini dikemukakan oleh Crawfurd
(1820), Keyzer (1859), Niemann (1861), De Hollander (1861), dan Verth (1876). Crawfurd
menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab, meskipun pada bagian lain
menyebutkan adanya bagian dari orang-orang Mohammedan di India Timur. Sementara
itu, Keyzer beranggapan bahwa Islam datang dari Mesir yang bermazhab Syafi’i, sama
dengan yang dianut kaum muslimin Nusantara lainnya. Ternyata teori tersebut
juga pegang oleh oleh Niemann dan de Hollander, tetapi dengan menyebut Hadramaut
bukan Mesir sebagai sumber datangnya Islam, karena mereka pengikut mazhab
Syafi’i sebagaimana orang-orang Arab tanpa menyebut Timur Tengah yang kaitannya
dengan Hadramaut, Mesir atau India.2 Sedangkan Veth
hanya menyebut “orang-orang Arab” tanpa mengungkapkan lebih dalam apakah dari
Hadramaut, Mesir atau bahkan India.
Teori ini juga diterapkan oleh Hamka, yang menjelaskan
bahwa Islam pertama kali dibawa oleh muslim Arab walaupun ada peran antara
Persia dan India. Begitu juga pendapat dari Al Attas yang memperjelas bahwa
Islam di Asia Tenggara langsung dibawa oleh Muslim Arab. Pernyataan itu, dia
buktikan dengan perubahan konsep dan istilah kunci literatur Melayu-Indonesia
pada abad ke-10 sampai ke-11. Begitu juga sebelum abad ke-17 masehi, seluruh
literatur yang searah dengan keagamaan di Asia Tenggara berasal dari Arab bukan
dari India atau Persia. Teori pertama ini menjadi titik tumpu yang digunakan
para ahli sejarah dalam menganalisa sejarah Islam di Asia Tenggara. Karena
telah mendapatkan banyak bukti yang ditemukan.
Teori kedua menyatakan bahwa Islam datang dari India, pertama
kali dikemukakan oleh Pijnepel tahun 1872 M. Berdasarkan terjemahan Prancis
tentang catatan perjalanan Sulaiman, Marcopolo dan Ibnu Batutah, ia menyimpulakan
bahawa orang-orang Arab yang bermazhab Syafi’i, Gujarat dan Malabar di India
yang membawa Islam di Asia Tenggara. Ia mendukung teori ini kemudian mengatakan
bahwa melalui perdagangan, sangat memungkinkan terselenggaranya hubungan antara
dua wilayah, diperkuat dengan istilah-istilah Persia-yang dibawa dari
India-digunakan oleh pelabuhan kota-kota di Asia Tenggara. Teori ini lebih
lanjut dikembangkan oleh Snouck Hurgronje yang melihat para pedagang kota
pelabuhan Dhaka di India Selatan sebagai pembawa Islam ke wilayah Islam baru
ini. Pada perkembangannya teori tersebut kemudian lebih lanjut dikembangkan
Mrrison (1951), dengan merujuk tempat yang pasti bahwa Islam datang dari India.
Ia merujuk Pantai Koromandel sebagai pelabuhan tempat bertolaknya para pedagang
muslim dalam pelayaran mereka menuju Nusantara.
Menurut teori kedua ini, perjalanan Islam dari India
berawal dari orang-orang Arab yang yang bermazhab Syafi’i menetap diwilayah
India kemudian mereka berdagang ke Asia Tenggara sekaligus menyebarkan agama
Islam. Mereka merupakan penyebar agama Islam pertama kali di wilayah
Indo-Melayu kemudian diteruskan oleh orang-orang Arab yang di sebut Habib
(keturunan dari Nabi Muhammad SAW.). Teori kedua ini tidak begitu kuat karena
pada dasarnya Islam dibawa oleh orang Arab yang berpindah atau bermukim di
India.
Teori ketiga, teori yang dikembangkan oleh Fatimi bahwa
Islam datang dari Benggali (kini Bangladesh). Ia mengutip keterangan Tome Peres
yang mengemukakan bahwa kebanyakan orang Islam terkemuka di Pasai adalah orang
benggali dan atau keturunan mereka. Dan Islam pertama kali muncul di
Semenanjung Malaya, dari arah Pantai Timur bukan dari Barat (Malaka), pada abad
ke-11 M melalui Kantong, Phanrang (Vietnam), Leren dan Trengganu. Ia beralasan
bahwa secara doktrin Islam di semenanjung lebih sama dengan Islam di Phanrang
diperkuat dengan elemen-elemen yang ada
di Trengganu lebih mirip dengan prasasti yang ada di Leren. Sementara
Drewes, mempertahankan teori Snouck, bahwa teori Fatimi ini tidak dapat
diterima , terutama karena penafsirannya atas prasasti yang ada dinilai
merupakan “perkiraan liar belaka”. Lagi pula mazhab Syafi’i seperti di Semenanjung
dan Nusantara secara keseluruhan.
Teori ketiga ini menekankan pada kesamaan prasasti yang
ada. Misalnya prasasti yang ada di Trengganu mirip dengan prasasti yang ada di
Persia. Teori ketiga ini dinilai sangat lemah. Penemuan yang didapat hanya
menitikberatkan pada sebagian kecil tanda-tanda dari Persia. Sedangkan ciri
utama Islam di Indo-Melayu atau Asia Tenggara lebih menonjol pada mazhab
Syafi’inya.
Dari penjelasan terdapat persamaan dan perbedaan bagaimana Islam masuk di
Asia Tenggara. Teori pertama dan kedua sama-sama menjelaskan bahwa Islam dibawa
oleh orang-orang bermazhab Syafi’i. Sedangkan teori ketiga menjelaskan kesamaan
keturunan dari orang-orang Benggali dengan masyarakat Indo-Melayu. Perbedaan
yang paling mengarah yakni negara asal dari pesyiar agama Islam di wilayah tersebut.
Sementara itu, mengenai proses awal masuknya Islam di Asia Tenggara tidak
berlangsung secara serta-merta, tetapi melalui beberapa tahap. Penetrasi Islam
Asia Tenggara secara kasar dapat dibagi menjadi tiga tahap sebagai berikut.
1.
Tahap pertama, dimulai
dengan kedatangan Islam yang kemudian diikuti dengan kemerosotan, akhirnya
keruntuhan Kerajaan Majapahit pada kurun abad keempat belas dan lima belas.
2.
Tahap kedua, sejak
datang dan mapannya kekuasaan kolonialisme Belanda di Indonesia, Inggris di
Semenanjung Malaya, dan Spanyol di Filipina sampai abad ke-19.
3.
Tahap ketiga, bermula
pada abad ke-20 dengan terjadinya liberalisasi kebijakan pemerintah kolonial
terutama di Indonesia.
Agama Islam yang sebagai pelopor kedamain di dunia mempunyai cara
tersendiri dalam memberikan pengenalan kepada masyarakat. Nabi Muhammad SAW.
yang sebagai pemimpin terbaik dimuka bumi ini
merupakan suri tauladan para pesyiar Islam. Kesuksesan yang diraih nabi
Muhammad SAW. dalam semua bidang tak lain karena strategi yang digunakan mampu
bersaing dan bahkan mengalahkan musuhnya.
Sebagian cara yang digunakan pesyiar Islam di Asia Tenggara menggunakan
jalan damai. Berbeda dengan penyebaran agama Islam di Spanyol. Islam masuk di
Spanyol dengan cara mengirim pasukan dan memberikan penyerangan. Cara kedamain
yang digunakan oleh pesyiar Islam di Asia Tenggara telah menorehkan hasil yang
brilian. Dan pada akhirnya Islam dapat dikenal di wilayah Nusantara.
Proses islamisasi terus mengalir. Para pejuang Islam yang datang dari Arab,
India dan Benggali semakin paham bagaimana cara terbaik dalam menyebarkan Islam
yang dapat diterima oleh masyarakat di Asia Tenggara. Islam lebih awal diterima
di daerah pesisir karena di daerah itu merupakan persinggahan awal untuk terjun ke masyarakat.
Interaksi kepada masyarakat
luas digunakan sebagai modal
utama dalam memberikan pemahaman Islam. Kedamaian yang diciptakan dalam
pengenalan Islam membawa masyarakat lebih nyaman dan membuat rasa ingin tahu
mereka datang. Sehingga proses islamisasi tidak ada intimidasi atau datang
langsung dari hati.
Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran islamisasi yang berkembang ada
6, yaitu:
Perdagangan merupakan salah satu cara yang paling cocok
dalam memberikan pengenalan atau pemahaman apapun. Banyak yang sukses dalam misinya dengan
menggunakan cara berdagang. Misalnya nabi Muhammad SAW. beliau sudah mengenal
sekaligus menjalankan sistem berdagang sejak umur 12 tahun yang diajak pamannya
Abu Thalib untuk gabung dalam kafilah dagang ke Syria. Contoh tersebut telah
memberikan cukup bukti bahwa berdagang merupakan strategi terbaik dalam
memberikan pengaruh terhadap orang lain.
Sejauh menyangkut kronologi dan pola geografi penyebaran
Islam, jelas bahwa unsur perdagangan adalah paling penting dalam menentukan
kejadian-kejadian. Dalam pengertian ini, Islam mengikuti jalur perdagangan.
Sumatera Utara, yang jalur perdagangan dari India dan Barat mencapai Nusantara,
merupakan tempat pertama bagi Islam untuk memperoleh pijakan yang kuat. Malaka
sebagai pusat perdagangan utama dikawasan ini pada abad ke-9 dan ke-15
merupakan kubu besar Islam. Dari sini selanjutnya Islam disebarkan disepanjang
jalur-jalur perdagangan; kearah timur laut sampai ke Brunei dan Sulu, ke arah
tenggara sampai ke pelabuhan-pelabuhan Jawa Utara dan Kepulauan Maluku.
Islam masuk di Asia Tenggara pertama kali dengan melalui saluran
perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M.
membuat pedagang-pedagang muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian
dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan timur benua
Asia. Dengan cara seperti ini para pesyiar Islam dapat
bersosialisasi dan memberikan pemahaman secara langsung dengan masyarakat.
Banyak kalangan yang diuntutungkan melalui sistem perdagangan ini. Para kaum
bangsawan juga merasakan hiruk-pikuk perdagangan sehingga proses islamisasi
tidak hanya tertuju pada kalangan bawah.
Pedagang-pedagang muslim asal Arab, Persia dan India juga
ada yang sampai kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 (abd 1 H),
ketika Islam pertama kali berkembang di Timur Tengah. Akhirnya Islam mampu menyebar sampai kalangan kerajaan.
Sehingga adanya Islamisasi di tingkat kerajaan membuat perkembangan yang
signifikan terhadap kalangan bawah.
Proses islamisasi terus mengalami perkembangan. Banyak
dari kalangan saudagar Islam berbondong-bondong mencari penghasilan di Asia
Tenggara. Kesuksesanya dalam bidang perekonomian memberikan kepercayaan kepada
masyarakat pribumi khususnya bangsawan untuk menikahkan puteri-puterinya kepada
saudagar Islam. Sebelum resepsi pernikahan diadakan persaksian untuk masuk
Islam. Proses seperti ini terus berlanjut. Keluarga yang semula non Islam
berpindah untuk meyakini agama Islam.
Metode seperti ini memberikan kemudahan saudagar Islam dalam
memperluas syiarnya. Para pesyiar Islam yang mempunyai perekonomian lebih sejahtera
dibanding masyarakat pribumi menikahkan putera-puterinya dengan masyarakat
pribumi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau Sunan Ngampel dengan
Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan
puteri Campa yang menurunkan Raden Fatah (raja pertama Demak) dan lain-lain.
Akhirnya memunculkan keturunan Islam baru sehingga terbentuk wilayah pemukiman
atau kampung Islam.
Pengajar-pengajar tasawuf, atau para sufi, mengajarkan
teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat
Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan
menyembuhkan. Diantara mereka ada juga yang mengawini puteri-puteri bangsawan
setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi
mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama
Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Kehidupan mistik
bagi masyarakat Indonesia sudah menjadi kepercayaan mereka. Diantara
ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam
pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah
Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang
di abad ke-19 bahkan di abad ke-20.
Ajaran-ajaran tasawuf pada saat ini masih kental
diberikan di tingkat pendidikan pondok pesantren yang masih salafi sebagai
landasan untuk terjun kemasyarakat. Ritual-ritual seperti puasa dan wirid
diberikan sebagai penahan hawa nafsu. Dalam mempelajari ilmu tasawuf harus ada
seorang guru yang ahli di bidang itu, tidak diperbolehkan belajar hanya dari
buku-buku atau kitab-kitab yang ada. Namun tidak semua orang bisa mendalami
ilmu tasawuf, hanya orang-orang tertentu dan orang-orang terpilih yang mampu
mahir atau menguasai ilmu tasawuf.
Proses islamisasi juga dilakukan melalui sarana
pendidikan. Tempat pengajaran biasanya dilakukan di langgar-langgar atau
pesantren. Pengajaran di langgar merupakan pengajaran permulaan sedangkan
pengajaran di pesantren ditujukan bagi mereka yang ingin mencurahkan perhatiannya
kepada pelajaran-pelajaran agama Islam. Pesantren merupakan salah satu pendidikan dalam
pembentukan moral yang lebih baik. Di pesantren hampir semua pelajaran berkaitan
dengan moral atau akhlak.
Jalur pendidikan digunakan oleh para wali khususnya di
Jawa dengan membuka lembaga pendidikan pesantren sebagai tempat kaderisasi
mubaligh-mubaligh Islam di kemudian hari. Setelah keluar dari pesantren atau
pondok, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwah ke tempat
tertentu mengajarkan Islam. Misalnya pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat
di Ampel Denta Surabaya dan Pesantren Giri yang didirikan oleh Sunan Giri di
Gresik. Keluaran pesantren Giri ini banyak yang diundang ke Maluku untuk
melakukan dakwah Islam disana.
Para
penyebar Islam juga menggunakan kesenian
dalam rangka penyebaran Islam, antara lain dengan wayang, sastra dan berbagai
kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar Islam
seperti walisongo untuk menarik perhatian dikalangan mereka, sehingga dengan
tanpa terasa mereka telah tertarik kepada ajaran-ajaran Islam sekalipun pada awalnya
mereka tertarik dikarenakan media kesenian itu. Misalnya Sunan Kali Jaga.
Adalah tokoh seniman wayang. Ia tidak pernah meminta bayaran pertunjukan seni,
tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat
syahadat. Sebagian cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabharata dan
Ramayana, tetapi dalm cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan
Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan media islamisasi, seperti sastra
(hikayat, babat, dan sebagainya), seni arsitektur dan seni ukir.
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk
Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja
sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu baik di
Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik,
kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan
kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu
masuk Islam.
Agama Islam masuk di Asia Tenggara dibuktikan telah berdirinya
kerajaan-kerajaan Islam. Perkembangan dan keberadaan kerajaan Islam tidak
terlewatkan karena perjuangan para pesyiar Islam. Mereka telah babat alas (Indonesia: memualai) wilayah
Asia Tenggara dengan berbagai cara dan akhirnya dapat menaklukkan dan
mendirikan kerajaan-kerajaan Islam.
Adapun Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Julukan ini
diberikan sebagai jalan lalu lintas antara Asia Timur dan Asia Barat bagi para
pedagang yang hendak keluar masuk pelabuhan Asia Tenggara. Sedangkan Aceh menjadi pintu masuk para pendatang Islam dari
Asia Barat sehingga mendapat julukan Serambi Mekah.
Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 M, langsung dari tanah
Arab dan dibawa oleh saudagar muslim melalui dua jalur perdagangan, yakni jalur
utara dengan rute Arab (Mekah dan Madinah) –Damaskus – Bagdad - Gujarat (Pantai
barat India) - Sri Lanka - Indonesia dan jalur selatan dengan rute Arab (Mekah
dan Madinah) – Yaman – Gujarat (Pantai barat India) - Sri Lanka - Indonesia.
Perkembangan Islam di Indonesia sangat pesat dan hampir merata diseluruh
pelosok Nusantara.
Berikut ini beberapa kerajaan-kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Asia
Tenggara.
Kerajaan ini terletak di Semenanjung Malaka. Malaka
mempunyai letak yang strategis yang menempati di dekat pelayaran atau pelabuhan
dimana banyak para pedagang yang melewati di daerah itu. Para pedagang yang
singgah dapat menikmati kawasan Malaka sambil mencari keuntungan dengan memasarkan
barang dagangannya.
Menurut Hamka, raja Malaka yang pertama adalah seorang
raja Hindu Permaisura. Permaisura (Permaeswara) dikenal sebagai raja yang
pernah bertahta di Kerajaan Singapura. Oleh karena itu, ketika Sayid Abdul Aziz
seorang alim dari Jeddah mengajak baginda masuk Islam, diterimanyalah ajakan
tersebut. Karena baginda telah merasakan sendiri betapa telah hilangnya rasa
hormat terhadap agama Hindu yang menjadi alasan Kerajaan Majapahit yang telah
merampas mahkotanya. Parameswara yang telah masuk Islam itu kemudian menikah
dengan puteri dari Pasai. Menurut Slamet Mujana, atas bujukan permaisuri,
Parameswara masuk Islam dan bergelar Megat Iskandar Syah.
Kehadiran Islam di Pattani dimulai
dengan kedatangan Syaikh Said, mubaligh dari Pasai, yang berhasil menyembuhkan
Raja Pattani bernama Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit parah. Phaya Tu Nakpa
(1486-1530 M) beragama Buddha, kemudian masuk Islam dan bergelar Sultan Islamil
Syah. Kesultanan Pattani kemudian menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan,
terutama bagi pedagang dari China dan India. Kejayaan Pattani berakhir setelah
dikalahkan Kerajaan Siam dari Bangkok. Peninggalan sejarah Pattani berupa nisan
kubur yang disebut Batu Aceh yang melambangkan kedekatan hubungan dengan
Samudra Pasai.
Raja pertama Brunei adalah Awang Betatar, beliau tertarik
menerima Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Muhammad Syah. Setelah itu,
seluruh keluarga istana masuk Islam, termasuk putra Sultan Muhammad Syah yang
kelak menggantikannya menjadi Sultan kedua, yaitu Sultan Ahmad.
Pada tahun 1511 M, Kerajaan Melayu Malaka jatuh ke tangan
Portugis. Maka atas kekosongan ini Brunei mengambil alih menjadi pusat
penyebaran Islam dan perdagangan di
Kepulauan Melayu. Di zaman pemerintahan Sultan Bolkiah (1473-1521 M), Sultan
Brunei ke-5, Brunei berkembang menjadi suatu Kerajaan yang kuat dan maju.
Sultan Bolkiah gemar mengadakan ekspedisi pelayaran hingga diberi gelar Nahkoda
Ragam. Pada tahun 1564 M, Gubernur Spanyol Francesco de Sande memperingatkan
pemerintah Brunei agar tidak melakukan aktivitas dakwah Islam ke dalam daerah
kekuasaannya di Kepulauan Sulu-Mindanao dan Filipina yang berada di bawah
kekuasaannya. Kerajaan Brunei merupakan Kerajaan Islam yang makmur di Kawasan
Asia Tenggara.
Adapun secara lengkap Raja-Raja Brunei Darus Salam adalah
a.
Sultan Muhammad Syah (1405-1415)
b.
Sultan Ahmad (1415-1425)
c.
Sultan Sharif Ali (1425-1433)
d.
Sultan Sulaiman (1433-1473)
e.
Sultan Bolkiah (1473-1521)
f.
Sultan Abdul Kahar (1521-1575)
g.
Sultan Saiful Rijal (1575-1600)
h.
Sultan Syah Brunei (1600-1605)
i.
Sultan Hassan (1605-1619)
j.
Sultan Abdul Jalilul Akbar (1619-1649)
k.
Sultan Abdul Jalilul Jabbar (1649-1652)
l.
Sultan Muhammad Ali (1652-1660)
m.
Sultan Abdul Hakkul Mubin (1660-1673)
n.
SultanMuhyiddin (1673-1690)
o.
Sultan Nassaruddin (1690-1705)
p.
Sultan Hussin Kamaluddin (1705-1730)
q.
Sultan Muhammad Alauddin (1730-1745)
r.
Sultan Omar Ali Saifuddin I (1762-1795)
s.
Sultan Muhammad Tajuddin (1796-1807)
t.
Sultan Muhammad Jamalul Alam I (1806-1807)
u.
Sultan Muhammad Kanzul Alam (1807-1829)
v.
Sultan Muhammad Alam (1825-1828)
w.
Sultan Pengiran Muda Omar Ali Saifuddin II (1829-1852)
x.
Sultan Abdul Momin (1852-1885)
y.
Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-1906)
z.
Sultan Muhammad Jamalul Alam II (1906-1924)
aa.
Sultan Ahmad Tajuddin Akhazul Khairi Waddien (1924-1950)
bb. Sultan Omar ali Saifuddien III (1950-1967)
cc.
Sultan Hassanal Bolkiah Mu’izzadin Waddaulah (1967-sekarang).
Kesultanan Sulu merupakan Kesultanan Islam yang terletak
di Filipina bagian selatan. Islam masuk dan berkembang di Sulu melalui orang
Arab yang melewati jalur perdagangan Malaka dan Filipina. Islam di Sulu dibawa
oleh Syarif Karim Al-Makdum, yaitu mubaligh Arab yang ahli dalam ilmu
pengobatan.
Di dalam silsilah Sultan Sulu secara jelas dinyatakan
bahwa Sayid Abu Bakar dijadikan Sultan. Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk
Bwansa dan pemimpin-pemimpin mereka
pastilah orang yang telah memeluk agama Islam dan memiliki kemauan untuk
menerima suatu Kerajaan Islam di negerinya. Oleh karena itu, Islam diterapkan
oleh Sayid Abu Bakar baik di pemerintahan maupun dalam kehidupan masyarakatnya.
Para penguasa kesultanan Sulu di Filipina Selatan dimulai
sejak Syarif Abu Bakar (Sultan Syarif Al-Hasyim) (1405-1420 M) hingga Sultan
Jamalul Kiram II (1887) berjumlah 32 Sultan. Diantaranya adalah Sultan Abu
Bakar (Sultan Syarif Al-Hasyim), Sultan Kamaludin bin Syarif Abu Bakar, Sultan
Alauddin bin Syarif Abu Bakar.
Kesultanan Johor berdiri
setelah Kesultanan Malaka dikalahkan oleh Portugis (1511 M). Sultan Alaudin
Riayat Syah membangun Kesultanan Johor sekitar tahun 1530-1536. Masa kejayaan
kesultanan ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Riayat Syah
II. Kesultanan Johor memperkuat dirinya dengan mengadakan aliansi bersama
kesultanan Riau sehingga disebut kesultan Johor-Riau. Kesultanan Johor Riau
berakhir setelah Raja Haji wafat dan wilayahnya dikuasai oleh Belanda.
Adapun para Sultan Johor
adalah:
a.
Sultan Alaudin Riayat Syah
b.
Sultan Muzafar Syah
c.
Sultan Abdul Jalil Riayat Syah I
d.
Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II.
Kerajaan Perlak adalah kerajaan Islam pertama di
Nusantara. Kerajaan Perlak berdiri pada abad ke-3 Hijriyah (abad ke-9 Masehi).
Disebutkan pada tahun 173 H, sebuah kapal layar berlabuh
di Bandar Perlak membawa angkatan dakwah dibawah pimpinan nahkoda khalifah.
Kerajaan Perlak didirikan oleh Sayid Abdul Aziz (Raja Pertama Kerajaan Perlak)
dengan gelar Sultan Alauddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah. Menurut Prof. A.
Hasjmy nahkoda khalifah diduga berasal dari keturunan bani khalifah yang
berasal dari Jazirah Arab.
Angkatan dakwah yang dipimpin nahkoda khalifah berjumlah
100 orang, yang terdiri dari orang Arab,
Persia, dan India. Mereka menyiarkan Islam pada penduduk setempat dan keluarga
istana. Salah seorang dari mereka yaitu Sayid Ali dari suku Quraisy menikah
dengan seorang putri yakni Makhdum Tansyuri, salah seorang adik dari Maurah
Perlak yang bernama Syahir Nuwi. Dari pernikahan ini lahirlah Sayid Abdul Aziz,
putra campuran Arab-Perlak yang kemudian setelah dewasa dilantik menjadi raja
Kerajaan Perlak pada tahun 225 H.
Adapun para raja Kerajaan Perlak adalah sebagai berikut.
a.
Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah (840-864 M)
b.
Sultan Alaiddin Maulana Abdur Rahim Syah (864-888 M)
c.
Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abbas Syah (888-913 M)
d.
Sultan Alaiddin Sayid Maulana Ali Mughayat Syah (915-918 M) terjadi
pergolakan (918-928 M)
e.
Sultan Makhdum Alauddin Malik Abdul Kadir Syah Johan Berdaulat (928-932 M)
f.
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat (932-956
M)
g.
Sultan Makhdum Abdul Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (956-983 M).
Kerajaan Samudra Pasai terletak di pesisir timur laut
Aceh dan ibukotanya di Sungai Murai Pasangan. Maurah Selu merupakan pendiri Kerajaan
Samudra sejak tahun 1261-1289 M.
Samudra Pasai mengalami puncak kejayaan pada masa Sultan
Malik Azh-Zhahir. Sultan Malik Azh-Zhahir merupakan putra dari Sultan
Malik Ash-Saleh.
Ibnu Battutah menyatakan bahwa Islam sudah hampir seabad
lamanya disiarkan disana. Kerajaan Samudra Pasai ketika itu merupakan pusat
studi agama Islam dan tempat berkumpul ulama-ulama dari berbagai negeri Islam
untuk berdiskusi berbagai masalah keagamaan dan keduniaan.
Adapun para raja yang pernah memerintah di Kerajaan
Samudra Pasai adalah sebagai berikut.
a.
Sultan Malik Azh-Zhahir (1297-1326 M)
b.
Sultan Mahmud Malik Azh-Zhahir (1326-1345 M)
c.
Sultan Manshur Malik Azh-Zhahir (1345-1346 M)
d.
Sultan Ahmad Malik Azh-Zhahir (1345-1383 M)
e.
Sultan Zainal Abidin Malik Azh-Zhahir (1383-1405 M)
f.
Sultan Nahrasiah (1405 M)
g.
Sultan Abu Zahid Malik Azh-Zhahir (1455 M)
h.
Sultan Mahmud Malik Azh-Zhahir (1455-1477 M)
i.
Sultan Zainal Abidin (1477-1500 M)
j.
Sultan Abdullah Malik Azh-Zhahir (1500-1513 M)
k.
Sultan Zainal Abidin (1513-1524 M).
Kerajaan Samudra Pasai berakhir tahun 1524 M, ketika
direbut oleh kerajaan Aceh Darussalam dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat
Syah.
Kerajaan Aceh Darussalam terletak di pulau Sumatra Barat.
Kerajaan Aceh Darussalam didirikan pada tahun 1524 M oleh Sultan Ali Mughayat
Syah. “Kerajaan ini mencapai puncaknya pada masa Sultan Iskandar Muda
(1608-1637 M).”
Pada masanya Aceh menguasai seluruh pelabuhan di pesisir
timur dan barat Sumatra. Ia memerintah dengan keras dalam menentang penjajah
Portugis. Setelah itu, kedudukannya digantikan oleh Sultan Iskandar Tsani yang
memerintah lebih liberal. Pada masa perkembangan ilmu pengetahuan Islam mengalami
masa keemasannya. Akan tetapi, setelah beliau meninggal, semua penguasaannya
dari kalangan perempuan (1641-1699 M), yaitu Sultanah Shafiyatuddin Syah,
Zakiyatuddin Syah, dan Naqiyatuddin Syah sehingga kekuasaan mengalami
kelemahan, yang pada akhirnya pada abad ke-18 kebesarannya mulai menurun.
Pada masa Kerajaan ini, perkembangan ilmu pengetahuan
semakin maju yang memunculkan tokoh-tokoh ulama seperti:
a.
Syaikh Abdullah Arif (dari Arab)
b.
Hamzah Al-Fanshuri (toktoh tasawuf)
c.
Syamsuddin Al-Sumatrani (1630 M), dan
d.
Abdurrauf Singkel (1693 M).
Kerajaan ini terletak di Kepulauan Riau di Selat Malaka.
Raja Islam pertama yaitu Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1746 M). Kerajaan Siak di zaman Islam memiliki wilayah
yang cukup luas dan bernaung dibawah kekuasaan Kerajaan Siak, baik didalam
penyebaran agama Islam maupun dalam menghadapi imperalisme Portugis dan
Belanda.
Raja-Rajanya adalah sebagai berikut.
a.
Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1746 M)
b.
Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746-1756 M)
c.
Sultan Ismail Abdul Jalil Jamaluddin Syah (1756-1766 M)
d.
Sultan Abdul Jalil Amaluddin Syah (1766-1780 M)
e.
Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazam Syah (1780-1782 M)
f.
Sultan Yahya Abdul Jalil Muzafar Syah (1782-1784 M)
g.
Sultan Sayid Syarif Ali Abdul Jalil Saifuddin (1784-1810 M)
h.
Sultan Sayid Syarif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin (1810-1815 M)
i.
Sultan Sayid Syarif Ismail Abdul Jalil Saifuddin (1815-1864 M)
j.
Sultan Sayid Syarif Qasim Saifuddin I (1864-1889 M)
k.
Sultan Sayid Syarif Hasyim Saifuddin (1889-1908 M)
l.
Sultan Sayid Syarif Qasim Saifuddin II (1908-1946 M).
Pada awalnya Kesultanan Palembang termasuk dalam wilayah kekuasaan
Kesultanan Demak. Sultan pertama sekaligus pendiri Kesultanan ini adalah Ki
Gendeng Suro (1539-1472 M).
Pendapat lain menyatakan Kerajaan Islam Palembang
didirikan oleh Raja Pertama Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidil
Islam (1659-1706 M), dengan gelar Pangeran Aria Kusuma Abdurrahim.
Pengetahuan dan keilmuwan Islam berkembang pesat dengan
hadirnya ulama Arab yang menetap di Palembang. Kesultanan Palembang menjadi
Bandar transit dan eksor lada karena letaknya yang strategis. Belanda kemudian
menghapus Kesultanan Palembang setelah berhasil mengalahkan Sultan Mahmud
Badaruddin. Salah satu peninggalan Kesultanan Palembang adalah Masjid Agung
Palembang yang didirikan pada masa kepemimpinan Sultan Abdur Rahman.
Raja-Rajanya adalah sebagai berikut
a.
Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidil Islam (1659-1706 M)
b.
Sultan Muhammad Mansur (Pangeran Hingga Laga) (1706-1714 M)
c.
Sultan Agung Komaruddin Sri Teruno (Raden Uju) (1714-1724 M)
d.
Sultan Mahmud Badaruddin (Pangeran Ratu Joyo Wikromo) (1724-1758 M)
e.
Sultan Ahmad Najamuddin (P. Adi Kesuma, Raden Banjar) (1758-1776 M)
f.
Sultan Mahmud Bahauddin (1776-1803 M)
g.
Sultan Mahmud Badaruddin II (1803-1813 M)
h.
Sultan Ahmad Najamuddin II (1813-1817 M)
i.
Sultan Ahmad Najamuddin III (1819-1821 M)
j.
Sultan Ahmad Najamuddin P. Anom (1821-1823 M)
k.
Pangeran Kerama Jaya (Raden Abdul Azim Purbolinggo) (1823-1825 M).
Demak adalah kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa.
Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah. Raden Patah memerintah pada tahun
1500-1518 M setelah beliau meninggal digantikan oleh anaknya yang bernama
Adipati Yunus pada tahun 1518-1521 M. Adipati Yunus wafat sekitar tahun 1521 M,
lalu digantikan oleh Sultan Trenggono.
Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, penyebaran Islam
memperoleh perhatian besar. Masjid Demak yang awalnya dibangun oleh Raden
Patah, lalu dipugar kembali oleh Sultan Trenggono.
Sultan Trenggono wafat ketika berusaha menguasai
Pasuruhan. Kemudian kedudukannya digantikan oleh adiknya yaitu Sunan Prawoto.
Pada masa Sunan Prawoto terjadi kerusuhan lalu ia terbunuh dan digantikan oleh
Jaka Tingkir yang berhasil membunuh Arya Panansang. Pada masa inilah kemudian
Kerajaan Demak dipindah ke Pajang.
Adapun Sultan Kerajaan Demak adalah
a. Raden Fatah (Sultan Fatah) (1478-1518 M)
b. Adipati Yunus (1518-1521 M)
c. Sultan Trenggono (1521-1546 M)
d. Sunan Prawoto (1546-1546 M).
Kerajaan Pajang merupakan penerus atau pewaris kerajaan
Demak. Kerajaan tersebut terletak di Kartasura yang menjadi kerajaan pertama
yang terletak di pedalaman pulau jawa.
Sultan atau raja pertama kesultanan ini adalah Jaka
Tingkir yang berasal dari Pengging, di lereng Gunung Merapi. Oleh Raja Demak
ketiga, Sultan Trenggono, Jaka Tingkir diangkat menjadi penguasa di Pajang,
setelah sebelumnya dikawinkan dengan anak perempuannya. Kediaman penguasa
Pajang itu, menurut Babad, dibangun dengan mencontoh kraton Demak.
Pada tahun 1546 M Sultan Demak meninggal dunia setelah
itu muncul kekacauan di ibu kota. Jaka Tingkir yang telah menjadi penguasa
Pajang itu dengan segera mengambil alih
kekuasaan karena anak sulung sultan Trenggono yang menjadi pewaris tahta kesultanan,
Susuhunan Prawoto, dibunuh oleh kemenakannya, Aria Penangsang yang waktu itu
menjadi penguasa di Jipang (Bojonegoro sekarang). Jaka tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya setelah dia
mengambil alih kekuasaannya. Dia memperluas pemerintahannya sampai ke daerah
Madiun, Blora (1554 M) dan Kediri (1577 M).
Sepeninggalan Sultan Hadiwijaya pada tahun 1587 M
kedudukannya digantikan oleh Arya Penggiri, anak Sunan Prawoto, sementara anak
Sultan Hadiwijaya , yaitu Pangeran Benowo diberi kekuasaan di Jipang. Namun dia memberontak kepada Aria Penggiri dan dapat
menaklukanya. Pangeran Benowo mendapat pusaka Kerajaan Pajang yang kemudian
dipindah ke Mataram. Sehingga Kerajaan Pajang dibawah kekuasaan Mataram.
Riwayat Kerajaan Pajang berakhir tahun 1618 M. Kerajaan
Pajang waktu itu memberontak terhadap Mataram yang ketika itu dibawah Sultan
Agung. Pajang dihancurkan, rajanya melarikan diri ke Giri dan Surabaya.
Penguasa pertama kerajaan tersebuat adalah Panembahan
Senopati. Ia berkuasa sampai tahun 1601 M. sepeninggalannya, ia digantikan oleh
putranya yang bernama Mas Jolang atau Sultan Seda ing Krapyak yang memerintah
sampai tahun 1613 M. Setelah itu kekuasaan tersebut dilanjutkan oleh Sultan
Agung yang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusuma Sayidin Panatagama
Khalifatullah ing Tanah Jawi (1613-1646).
Sultan Agung wafat 1646 M dan dimakamkan di Imogiri. Tindakan pertama pemerintahannya adalah
menumpas pendukung Pangeran Alit dengan membunuh para ulama yang
dicurigai. Sekitar 5000-6000 ulama
beserta keluarganya dibunuh (1647 M). Pada tahun 1677 M dan 1678 M
pemberontakan para ulama muncul kembali dengan tokoh spiritual Raden Kajoran.
Pemberontakan-pemberontakan seperti itulah yang mengakibatkan runtuhnya Keraton
Mataram.
Kerajaan cirebon merupakan kerajaan pertama di Jawa
Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Syarif Hidayatullah atau disebut Sunan
Gunung Jati. Dia merupakan keponakan dari Walangsungsang yang masih punya
hubungan dara dengan raja Pajajaran.
Sunan Gunung Jati lahir tahun 1448 M, dan wafat pada 1568
M dalam usia 120 tahun. Setelaah beliau wafat kedudukannya digantikan oleh
cicitnya Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Panembahan Ratu wafat 1650 M, dan
digantikan oleh puteranya yang bergelar Panembahan Girilaya. Jasanya begitu
besar sehingga pada saat ini makamnya tidak pernah sepi dari peziarah.
Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada Kesultanan
Cirebon dimulailah oleh Syrif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung
Jati diyakini sebagai pendiri dinasti raja-raja Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten serta penyebar agama
Islam di Jawa Bart seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa,
dan Banten.
Keutuhan Cirebon sebagai satu kerajaan hanya sampai
Pangeran Girilaya itu. Sepeninggalnnya, sesuai dengan kehendakanya sendiri,
Cirebon diperintah oleh dua puteranya, Matwijaya atau Panembahan Sepuh dan
Kartawijaya atau Panembahan Anom. Panembahan Sepuh memimpin Kesultanan Kasepuhan
sebagai rajanya yang pertama dengan gelar Syamsudin, sementara Panembahan Anom
memimpin Kasultanan kanoman dengan gelar Badrudin.
Banten merupakan kota yang berada disebelah utara pantai
Jawa. Pembawa Islam pertama kali di
daerah ini adalah Sunan Gunung Jati dari Cirebon sekitar tahun 1524 M atau 1525
M.
Setelah ia kembali ke Cirebon kekuasaanya diserahkan
kepada anaknya yaitu Sultan Hasanudin. Hasanudin kemudian menikahi puteri Demak
dan diresmikan menjadi Panembahan Banten pada tahun 1552 M. Ia meneruskan
usaha-usaha ayahnya dalam me;luaskan wilayah Islam, yaitu ke Lampung dan daerah
sekitarnya di Sumatra Selatan, setelah sebelumnya tahun 1527 menaklukkan Sunda
Kelapa.
Pada tahun 1570 M kedudukannya digantikan oleh putranya
yaitu pangeran Yusuf. Ia dapat menaklukkan Pakuwan pada tahun 1579 M. Setelah
ia wafat pada tahun 1580 , ia digantikan oleh putranya yaitu Maulana Muhammad
yang bergelar Kanjeng Ratu Banten, ia meninggal pada tahun 1596 dalam usia 25
tahun. Kemudian kedudukannya digantikan oleh putranya yang masih kecil yaitu
Abdul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir yang secara resmi memerintah pada tahun 1638
M. “Pada tahun 1638 mendapa gelar Sultan dari Mekah. Dialah raja Baten pertama
dengan gelar Sultan yang sebenarnya. Ia meninggal tahun 1651 dan digantikan oleh cucunya Sultan
Abdulfatah.”
Pada masa Sultan Abdul terjadi beberapa kali peperangan
antara Banten dan VOC yang berakhir dengan disetujuinya perjanjian perdamaian
tahun 1659 M.
Kerajaan Islam Sukadana terletak di barat daya
Kalimantan. Pada tahun 1590 M, Sukadana dibawah pengaruh Kerajaan Demak. Raja
Sukadana yang pertama kali masuk Islam adalah Giri Kusuma. Kemudian Ia
dinobatkan sebagai Raja Islam pertama di Kerajaan Islam Sukadana. Raja-raja
Sukadana yang banyak berjasa dalam penyiaran agama Islam di Kalimantan adalah
a)
Giri Kusuma yang menjadi raja pada tahun 1590 M;
b)
Sultan Muhammad Syafruddin yang meninggal pada tahun 1677.
Pada tahun
1725 M, Kerajaan Islam Sukadana melepaskan diri dari pengaruh Kerajaan Demak.
Sukadana runtuh ketika penjajah Belanda menguasai Kalimantan tahun 1787 M.
Kerajaan Sukadana berdiri selama satu abad.
Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari kerajaan
Daha yang beragama Hindu. Peristiwa ini
dimulaiu ketika terjadi pertentangan dalam keluaraga istana, antara pangeran
Samudra sebagai pewaris sah kerajaan Daha, dengan pamannya Pangeran Temanggung.
Pada awal peperangannya Pangeran Samudra mampu
menaklukkan Muara Bahan. Yang banyak dikunjungi oleh pedagang luar seperti dari
Jawa, Gujarat, dan Malaka.
Peperangan terus berlangsung. Pangeran Samudra meminta
bantuan kepada Kerajaan Demak. Raja Demak bersedia membantu dengan syarat Pangeran
Samudra masuk Islam. Ia menyetujui dan Raja Demak mengirimkan tentara kurang
lebih seribu yang di ketuai oleh Khatib
Dayan sekaligus bertugas menyebarkan agama Islam.
Dalam peperangan tersebut Pangeran Samudra dan kerabat
istananya mendapatkan kemenangan dan menepati janjinya untuk masuk Islam. Setelah
masuk Islam pangeran Samudra diberi nama Sultan Suryanullah atau Syuriansyah
yang menjadi raja pertama dalam kerajaan Islam Banjar.
Penyebaran Islam secara luas disebarkan oleh Syaikh
Muhammad Arsyad Al Banjari. Kerajaan banjar terajadi perselisihan karena diangkatnya Pangeran Tajmidillah (1857-1859)
yang diangkat oleh Belanda.
Para Sultan yang memerintah kerajaan Banjar antara lain:
Sultan Adam (1827-1857 M), Pangeran Tajmidillah (1859 M) yang memihak Belanda,
Pangeran Hidayat dan Pangeran Antasari berperang melawan Belanda sekitar tahun
1862-1863 M.
Kerajaan Goa dinyatakan sebagai kerajaan Islam sejak
tahun 1603 M. Karaeng Toniggolo merupakan raja yang pertama kali memeluk agama
Islam. Setelah masuk Islam, ia bergelar Sultan Alaudin Awaalul Islam. Ia
memerintah sejak 1591-1538 M.
Pada tahun 1654-1660 M, Kerajaan Goa diperintah oleh
Sultan Hasanuddin. Selama masa pemerintahannya, Goa berkembang dan maju.
Wilayah perkembangannya, meliputi: Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan
pulau-pulau sekitarnya dan Sumbawa. Pada tahun 1660 Sultan Hasanuddin turun tahta dan
digantikan oleh pleh anaknya yaitu Mapasomba.
Kerajaan Makassar berdiri kuarang lebih 65 tahun, sejak
diproklamirkan oleh Sultan Alaudin Awaalul Islam tahun 1603 M sampai tahun 1669
M.
Kerajaan
Islam Bugis mula-mula bukan kerajaan Islam. Raja Bugis yang pertama masuk
adalah Lamdu Sadat. Setelah ia mangkat digantikan oleh putranya yang bernama
Apu Tanderi. Kerajaan Bugis meliputi Wajo, Sopeng, Sindenringi, Tanette, dan
lain-lain. Ibukotanya adalah Lawu. Kerajaan ini berdiri semasa dengan Kerajaan
Goa yang berpusat di Makassar.
Raja Ternate yang pertama masuk Islam adalah Raja Gapi Buguna
atas ajakan Maulana Husein. Setelah masuk Islam, maka Ternate dinyatakan
sebagai kerajaan Islam. Raja Gapi Buguna memerintah dari tahun 1465-1486 M
setelah ia mangkat namanya dikenal sebagai Raja Marhum. Setelah ia meninggal dunia, tahtanya digantikan anaknya
yang bernama Zainal Abidin Sultan Ternate. Pada tahun 1495 M pemerintahannya
diserahkan kepada wakilnya karena ia belajar Islam di Jawa kepeda Sunan Giri.
Semasa pemerintahan Sultan Khairun tahun 1564 M Ternate
sudah dijajah oleh Portugis yang dipimpin oleh Mesquita. Ia mengadakan
perjanjian dengan Portugis bahwa Ternate dibawah perlindungan Portugis.
Pada tahun 1565 M, Sultan
Khairun memaklumkan perang Sabil melawan kesewenang-wenangan de Mesquita
di Ternate. Karena terdesak, Portugis mengadakan perjanjian, tetapi ketika
penandatanganan perjanjian tersebut Sultan Kharun dibunuh. Ia digantikan oleh Sultan Babullah (1570-1583 M).
Sultan Babullah murni memerangi Portugis dan dimenangkan
oleh Ternate pada tahun 1575. Kepemimpinan setelahnya dipimpin oleh anaknya yang
bernama Saidudin Barakat.
Kerjaan
Tidore meliputi wilayah Halmahera, pantai barat Irian Jaya, dan sebagian
kepulauan Seram. Raja Tidore yang pertama kali masuk Islam adalah Sultan
Jamaluddin yang dulunya bernama Cirali Lijtu. Sepeninggalan Sultan Jamalluddin
digantikan oleh putranya, Sultan Mansur.
Pada
tahun 1521, raja Bacan yang memerintah negeri ini masuk Islam, namanya kemudian
berganti menjadi Sultan Zainul Abidin. Wilayah kerajaan Bacan meliputi
kepulauan Bacan, Obi, Waigeo, Salawati dan Misool. Ketika Portugis menguasai
Maluku, ultan-sultan Bacan mereka paksa untuk masuk Kristen.
Raja
Jailolo yang pertama kali masuk Islam adalah yang kesembilan yang akhirnya
berganti nama menjadi Sultan Hasanuddin. Kerajaan Islam Jailolo berdiri tahun
1521 M. Kekuasaanya meliputi Halmaheradan pesisir utara Pulau Seram. Ketika
Portugis menguasai Maluku, mereka dipaksa masuk Kristen.
Kerajaan
Buton menjadi kerajaan islam setelah Halu Oleo, raja keenam, memeluk agama
Islam. Penyebaran Islam secara menyeluruh dilakukan oleh Syeikh Abdul Wahid bin
Syarif Sulaiman Al-Pathani, seorang ulama dari Kesultanan Johor. Peninggalan
kerejaan ini berupa Benteng Kraton dan
Batupoaro.
Perkembangan
Islam di Kesultanan Kutai ini pada masa kepemimpinan Aji Raja Mahkota
(1525-1600 M). Puncak kejayaan kesultanan ini pada masa Kesultanan Aji Sultan
Muhammad Salehuddin (1780-1850 M) dan mengalami kemunduran setelah ia wafat.
Bukti peninggalan kesultanan ini berupa makam para sultan di Kutai Lama (dekat
Anggana).
Kesultanan
bima terletak di pulau Sumbawa bagian timur. Kesultanan ini berpindah menjadi
Islam sejak raja La Ka’i memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan
Abdul Khair pada tahun 1620 M. Pada masa pemerintahannya (1640-1682 M) menjadi
pusat penyebaran Islam kedua setelah Makassar di Timur Nusantara. Setelah ia
wafat (1951 M) kesultanan ini berakhir. Peninggalannya adalah kompleks Istana
yang dilengkapi dengan pintu lare-lare atau [intu gerbang kesultanan.
Agama
Islam masuk di Asia Tenggara dibawa oleh orang-orang dari Arab (Hadramaut),
India dan Benggali (Bangladesh). Proses penyebarannya melalui beberapa saluran
yaitu saluran perdagangan, saluran pernikahan, saluran tasawuf, saluran
pendidikan, saluran kesenian dan saluran politik.
Keberadaan Islam di Asia Tenggara
dibuktikan dengan berdirinya kerajaan atau kesultanan. Kerajaan-kerajaan yang
pernah menduduki di wilayah Asia Tenggara
diantaranya Kerajaan Malaka, Kerajaan Islam Pattani, Kerajaan Brunei
Darussalam, Kerajaan Islam Sulu, Kerajaan Johor. Sedangkan kerajaan Islam yang
pernah berkuasa di wilayah-wilayah Indonesia yaitu Kerajaan Perlak, Kerajaan
Samudra pasai, Kerajaan Aceh Darussalam, Kerajaan Siak Islam, Kerajaan Islam
Palembang Darussalam, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram Islam,
Kerajaan Cirebon, Kerajaan Banten, Keajaan Sukadana (Kalimantan Barat),
Kerajaan Banjar, Kerajaan Goa (Makassar), Kerajaan Bugis, Kerajaan Ternate,
Kerajaan Tidore, Kerajaan Bacan, Kerajaan Jailolo, Kerajaan Buton, Kerajaan
Kutai dan Kerajaan Bima.
Penjelasan tentang perkembangan awal peradaban Islam di
Asia Tenggara yang telah kami uraikan akan memberikan sedikit jalan untuk
memperdalam sejarah Peradaban Islam
di Asia Tenggara.. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan memperdalam pemahaman kita semua.
Kami sangat menyadari penjelasan yang kami berikan masih
jauh dari kesempunaan. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang konstruktif dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memperdalam
pemahaman kita semua.
Amin, Samsul Munir. 2013. Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Yatim, Badri. 1996. Sejarah Peradaban
Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Apipuddin. 2010. Penyebaran
Islam di Daerah Galuh Sampai dengan Abad Ke-17. Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI.
Khalil, Ahmad. 2008. Islam
Jawa (Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa). Malang: UIN-Malang Press.
Syaifuddin, Makhfud. Buku
Ajar Acuan Pengayaan Pendidikan Agama Islam untuk SMA/MA.
Azra, Azyumardi. 1989. Perspektif Islam di Asia Tenggara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Barry, M. Dahlan
Al. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Arkola.